You could put your verification ID in a comment Or, in its own meta tag Or, as one of your keywords

Minggu, 14 November 2010

KISAHKU

Kini aku mulai terbiasa dengan bau-bau tidak sedap itu. Sudah dua bulan aku di tempat ini. Tempat dimana aku merasakan akibat dari kebodohanku sendiri. Tempat dimana aku mulai menyadari bahwa cinta itu tidak boleh buta. Cinta itu harus punya mata dan bisa membedakan yang benar dan mana yang salah. Cinta itu tidak harus dibiarkan begitu saja. Cinta harus dikontrol dan dikendalikan. Cinta bukan hanya membutuhkan hati, tetapi juga otak. Lalu kukenang lagi apa yang membuatku berada di tempat ini.
Saat itu aku sedang kosong. Hatiku saat itu hampa. Mungkin kehampaan itu juga yang membuat otak tak mampu bekerja secara maksimal. Lalu tiba-tiba perempuan itu menghubungiku. Perempuan yang pernah kusuka. Perempuan yang pernah memikat hatiku. Tapi tak pernah kuungkapkan karena aku sadar siapa aku dan siapa dia.
Tiba-tiba saja ia meminta pertolonganku. Katanya ia butuh seseorang untuk berbagi. Butuh seseorang yang bisa membantu mengeluarkannya dari jurang kesedihan yang begitu dalam. Saat itu dia baru saja putus dengan pacarnya.
Tentu saja dengan senang hati aku membantunya karena sesungguhnya hatiku masih mengharapkannya. Katanya mantan pacarnya masih mengejar-ngejarnya. Memintanya untuk kembali. Padahal mantannya itu telah menduakannya.
Aku sarankan dia untuk memberi kesempatan pada mantan pacarnya sekali lagi. Tapi katanya ia sudah memberi kesempatan berkali-kali dan selalu disia-siakan. Sebenarnya itu juga yang kuharapkan. Dia tidak kembali pada mantan pacarnya jadi aku punya kesempatan untuk mendekatinya.
Hari berganti hari dan kami semakin dekat. Benih cinta yang memang sudah ada di hatiku semakin bersemi. Dan aku merasanya dia juga merasakan hal yang sama. Tampaknya kami berdua sedang dimabuk asmara.
Hingga suatu hari ia menelponku sembari terisak. Katanya ia diancam akan dibunuh oleh mantan pacarnya jika ia tidak mau kembali lagi. Akhirnya, aku mengajaknya untuk tinggal bersamaku. Dan kalau bisa dalam waktu dekat aku akan menikahinya.
Namun pada suatu pagi di hari Minggu yang cerah, ketika aku baru saja terjaga dari tidurku, seseorang mengetuk pintu rumahku dengan keras sekali. Kubuka pintunya dan ternyata di sana ada dua orang berseragam polisi. Ada apa ini? Tanyaku dalam hati.
“Anda kami tangkap karena tuduhan menyembunyikan penipu,” kata mereka.
Aku diseret ke kantor polisi dan dilemparkan ke ruangan ini. Lalu seorang pria seumuranku datang. Ia mengaku bahwa dialah mantan pacar dai perempuan yang tinggal bersamaku. Ia berkata bahwa sebenarnya ia putus dengan wanita itu bukan karena dia mendua. Sebenarnya dialah yang meminta wanita itu untuk menyudahi hubungan mereka. Karena dia tahu bahwa wanita itu hanya menipunya dan hanya menginginkan hartanya.
Mendengar hal itu hatiku melebur. Hancur bagai debu musim kemarau. Perih mengiris dalam dada. Aku tak menyangka bahwa dia tidak benar-benar mencintaiku. Selama ini aku melihat tatap matanya teduh tak berdosa. Belaian tangannya terasa begitu tulus menyentuh kulitku. Aku benar-benar terlena.
Namun inilah kenyataannya. Dia hanya memanfaatkanku. Aku semakin yakin ketika orang tuaku ku minta untuk membereskan rumahku. Mereka tidak menemukan uangku barang sepeser pun dan barang berhargaku tak ada yang tersisa. Semuanya telah sirna. Raib bersama wanita jalang itu. Hilang bersama hatiku yang menjadi debu tertiup angin musim kemarau di pagi itu. Menyisakan sayatan perih yang takkan pernah hilang sekalipun oleh waktu.

2 komentar:

  1. ko kayaknya menderita sekali orang itu ya....
    ayo buat cerita yang lebih bahagia sedikit.... :)

    BalasHapus