You could put your verification ID in a comment Or, in its own meta tag Or, as one of your keywords

Senin, 13 Februari 2012

11 FEBRUARI 2012

Nadi di kepalaku terasa berdenyut-denyut pertanda ada sesuatu di dalam benak ini yang ingin aku curahkan. Ya, lagi-lagi ingin bercerita tentangmu. Gitar tua yang biasanya setia menjadi tempatku mengadu sedang tidak ada. Akhirnya aku bercerita pada tombol-tombol keyboard ini.
Baru saja tadi aku mendengar suaramu entah untuk keberapa kalinya. Masih saja terdengar indah di telinga ini. Masih saja telinga ini belum puas mendengar kata yang terlontar dari mulutmu. Ah, andai saja aku bisa mendengar suara itu setiap hari.
Tentu saja dunia tidak percaya dengan apa yang kukatakan ini. Mereka pasti akan mengejek dan meragukan rasaku padamu. Mereka pasti berkata, kamu menangis saja tidak bisa, bagaimana hatimu bisa mnyukai orang lain semelankolis itu?
Tapi biarlah dunia berkata apa. Kuyakinkan berapa kalipun mereka tidak akan percaya. Maka dari itu tidak mau bercerita pada mereka. Aku lebih memilih menjadi orang bodoh yang bercerita pada benda mati. Pilihan itu kuambil karena Cuma mereka yang bersedia menjadi pedengar yang baik untuk ceritaku tentangmu. Ya walaupun tanpa komentar sedikitpun. Tapi begitu lebih baik dari pada aku mendengar komentar ketidak percayaan.
Saat-saat mendengar suaramu itu adalah saat-saat yang selalu aku rindukan baik siang ataupun malam. Memang benar kalau kamu diibaratkan laut, mendapatkan airnya setetes saja sudah cukup membuat aku bahagia.
Ya, untuk kesekian kalinya aku mengakui kalau aku memang jatuh cinta padamu. Mungkin terdengar melankolis dan terkesan terlalu berlebihan. Tapi apa lacur, memang begitu yang sebenarnya terjadi. Aku tidak tahu apa lagi kata yang lebih tepat dan lebih sopan yang bisa mewakili apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku terlanjur dapat melihat sesuatu dari kamu yang tidak bisa dilihat orang lain.Mungkin orang lain juga bisa melihat dan mengetahuinya. Tapi mereka tidak pernah bisa merasakan betapa istimewanya sesuatu itu seperti yang aku rasa.
Sebenarnya aku tidak berani terlalu berharap kamu merasakan hal yang sama seperti yang aku raasa ini. Tapi dalam hati ini ingin setidaknya kamu tahu apa yang sedang aku rasa ini.
Ah, kamu memang terlalu sempurna buatku. Tidak akan ada habisnya jika aku bercerita tentang keindahanmu. Atau aku yang terlalu mengagumimu?? Ah tidak tahu lah. Lebih baik kembali merenung, memimpikan dan berkhayal tentangmu. Sembari berharap dan berdo’a semoga mimpi itu dapat terwujud menjadi nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar